Dari sejak awal, projek ini dimaksudkan untuk mendesain sebuah cerobong asap yang dapat memenuhi kebutuhan toko-toko emas. Pertama kali, cerobong asap dari baja dibuat oleh siswa Sekolah Teknik Mesin (STM) setempat berdasarkan konsep jebakan air seperti yang diberikan oleh UNIDO. Kedua kalinya, suatu pertemuan dengan para pemilik toko emas dilakukan di balai desa untuk mendiskusikan keuntungan relatif dan menggambar kembali suatu prototipe cerobong asap. Banyak informasi praktis dihasilkan dari pertemuan ini dan yang selanjutnya digunakan untuk mendesain cerobong asap yang baru.

Lima Siswa STM bekerja diawasi oleh gurunya untuk membuat suatu prototype cerobong asap.

Pada awalnya, cerobong asap didesain sehingga wadah pembakaran amalgam yang mengandung merkuri dan emas berada di bawah panas api pada ruang pembakaran tertutup. Meskipun demikian, operator di toko-toko emas tidak dapat menerima bahwa pintu cerobong asap ditutup ketika membakar, karena mereka ingin mengawasi proses secara langsung dan dapat memegang bola amalgam ketika membakarnya.

Sesudah itu, suatu usaha dilakukan untuk memperkenalkan retort sebagai sebuah solusi di toko-toko emas. Hal ini terbukti tidak sukses untuk alasan yang sama, selain karena tambahan waktu menunggu selama 20 menit setiap kali amalgam dibakar di retort. Projek ini mempertunjukkan retort mangkuk-dapur, retort pipa, retort kaleng ikan, dan retort ‘fauzi’ dari baja. Para peekrja di toko-toko emas menolak penggunaan retort-retort ini tetapi menyarankan penggunaannya di lokasi tambang oleh para penambang untuk pra-pembakaran amalgam. Meskipun demikian, satu toko emas dilaporkan menggunakan retort ‘Fauzi’ sesekali ketika jumlah amalgam yang terkumpul cukup banyak.

Prototipe cerobong asap kemudian melalui beberapa percobaan perubahan bentuk:

Pertama-tama, sebuah retort pipa dipasang pada tempat pembakaran; meskipun bentuk ini dapat berfungsi menjadi sebagai retort dan cerobong asap yang mencegah asap-asap keluar, tetapi diperlukan waktu dan energi yang lebih lama untuk dapat menjadi suatu solusi yang berhasil bagi pekerja di toko emas.

Pipa retort yang dipasang terbukti sangat lambat bagi para pemilik toko emas.

Kedua kali, pengisap (blower) dipindahkan dan ditempatkan setelah jebakan air, jika tidak merkuri akan terkumpul di dalamnya. Hal ini selanjutnya tidak mendorong gas yang terkontaminasi ke dalam air tetapi menariknya melalui kotak pendinginan yang mana dapat terjadi proses kondensasi.

Ketiga kali; kotak air diisi dengan bola kelereng dan kerikil untuk menciptakan ruang yang lebih besar untuk dapat mengikat uap. Meskipun model ini dapat bekerja, tetapi terdapat tingkat resistensi yang tinggi – aliran udara berjalan secara positif dan uap diisap ke dalam jebakan, meskipun demikian sebagian uap masih terlepas di muka tempat pembakaran ketika merkuri dibakar. Hal ini terutama disebabkan oleh volume ruang yang tidak cukup untuk menampung uap di tempat pembakaran.

Bola kelereng membantu kondensasi uap merkuri di dalam jebakan air.

Akhirnya, kita kembali pada konsep awal yang hanya berfungsi sebagai jebakan air saja. Cerobong asap kedua terbuat dari baja menggabungkan ide adanya tempat air di seluruh dasar unit cerobong asap ini untuk mendinginkan dan mengumpulkan merkuri. Prototipe cerobong asap ini menjadi bagian dari peralatan di dalam Unit Demonstarsi Bergerak.

Mendekati akhir kampanye, diputuskan untuk melakukan program intervensi langsung dengan toko emas. Dengan pengujian sistem penyaring (filterisasi) menggunakan teknik jebakan air, sebagian masalah dari resistansi arus udara telah berhasil diselesaikan. Dengan demikian, projek ini telah mampu memberikan dukungan teknis, peralatan dan keahlian kepada empatbelas toko emas yang telah menyatakan keinginan untuk memodifikasi cerobong asap mereka saat ini. Intervensi ini berlangsung sukses, dan terus didemonstrasikan kepada toko-toko emas lainnya bahwa penangkan merkuri dengan hasil yang tinggi untuk didaur ulang dan dijual kembali dapat dilakukan dengan mudah.

Merkuri daur ulang ditangkap dengan menggunakan cerobong asap yang dimodifikasi bagian belakangnya.

Hal ini hanya dapat tercapai karena projek memperoleh partisipasi dari para pemilik toko emas sejak awal dan dengan demikian mampu melakukan konsultasi secara dekat dengan mereka hingga akhir program, dimana kondisi saling mempercayai dan saling berhubungan telah terbentuk. Kelimabelas toko emas ini bersedia untuk memasang poster di toko mereka dan berbagi informasi terperinci mengenai kuantitas emas dan amalgam yang mereka perdagangkan. Sebagai hasilnya, dapat ditentukan jumlah amalgam yang dibakar setiap tahun. Dari hasil studi ini, ditemukan bahwa 35 toko emas yang ada di kota membakar dan melepaskan 1.5 ton merkuri selama tahun 2006.