
Proyek Merkuri Global (GMP) telah mulai disponsori sejak bulan Agustus 2002 oleh Fasilitas Lingkungan Global (GEF), dengan Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Program Pembangunan (UNDP) sebagai agen yang mengimplementasikan dan Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pembangunan Industri (UNIDO) sebagai agen pelaksana. Lokasi implementasi kegiatan GMP dipilih pada daerah-daerah kunci di lintas batas sungai/danau di Brasil, Indonesia, Laos, Sudan, Tanzania dan Zimbabwe.
Di Kalimantan Tengah, kota emas Kereng Pangi telah diidentifikasi oleh UNIDO sebagai ‘titik panas’ daerah pelepasan merkuri. Sekitar 5.000 orang mendiami daerah di sekitar lokasi tambang dimana para penambang rakyat menghasilkan lebih dari 2.000 Kilogram emas per tahun. Penambangan skala kecil, yang dilakukan di atas tanah ini telah mengurangi kawasan studi yang sebelumnya hutan, menjadi gurun pasir putih, yang mencapai luasan lebih dari 200 Km².
 |
| Pemandangan daerah studi diambil dari udara. |
Yayasan Tambuhak Sinta, sebuah yayasan nirlaba yang bekerja di bidang pemberdayaan masyarakat, telah dipilih untuk melaksanakan program pendidikan dan penyadaran selama 9 bulan di kota ini dan di sekitar daerah penambangan. Antara bulan Juni 2006 hingga Februari 2007, YTS mengembangkan dan melakukan suatu pengkajian mengenai perilaku-perilaku yang berhubungan dengan pelepasan air raksa, program kampanye media secara menyeluruh, program unit demonstrasi bergerak ke lokasi penambangan, pelatihan dan lokakarya penyimpulan, dan serangkaian percobaan teknologi dan intervensi pada toko emas di daerah perkotaan yang melepaskan uap merkuri ke atmosfir.
 |
| Serangkaian unit mesin sedot sedang beroperasi di tepian sungai. |
Kalimantan merupakan suatu pulau dengan banyak sungai-sungai, dan yang telah secara tradisional menjadi sumber emas. Pinggiran sungai umumnya didomanis sebagai daerah kerja kelompok masyarakat Dayak yang mana skala operasinya semakin meningkat belakangan ini melalui penggunaan mesin sedot di rumah terapung (lanting). Kegiatan tambang rakyat saat ini juga telah menyebar hingga ke daerah-daerah pedalaman yang menyebabkan meluasnya kerusakan lingkungan.
 |
| Hutan tropis mengelilingi tempat penambangan di tengah-tengah lubang tambang terbuka. |
Kegiatan ini didorong oleh kemiskinan yang mana memberikan kesempatan yang unik bagi para pekerja dari Jawa dan Kalimantan Selatan untuk mendapatkan penerimaan yang cukup untuk sebagian disimpan. Sebagai hasilnya, 5.000 penambang imigran tertarik untuk bekerja di daerah tambang di Galangan setiap tahun, 40% dari mereka adalah pria dewasa yang belum menikah atau remaja. Dengan menggunakan monitor hidrolik, pompa air dan kasbok berkarpet untuk menggali tanah-tanah alluvial, lebih dari 2 ton emas dihasilkan dan dijual ke kota Kereng Pangi setiap tahun. Nilai perdagangan emas dari 35 toko emas yang ada di kota ini ditaksir mencapai $37 juta dollar setiap tahun.
 |
| Penambang muda di sore hari kerjanya. |
Selain para pekerja sementara ini, terdapat 9.500 orang yang bertempat tinggal secara menetap di kota Kereng Pangi, termasuk kelompok masyarakat Dayak yang mendiami tepian sungai. Kelihatannya pemisahan komunitas ini menunjukkan kenyataan bahwa masyarakat Dayak telah secara tradisional bertempat tinggal di pinggiran sungai, dan pola distribusi ini masih terjadi sampai saat ini.
 |
| Penyuluhan kepada masyarakat penambang di sungai yang diberikan dengan bahasa Dayak . |
 |
| Pasar sayur mayur di pusat kota yang dikelilingi oleh toko emas yang mengeluarkan asap merkuri. |
Penyebab utama masalah kesehatan dari kontaminasi merkuri adalah:menghirup asap merkuri; kontak langsung dengan merkuri; dan mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi. Meskipun demikian, karena 90% penambang bekerja di lokasi tambang kurang dari satu tahun, tingginya tingkat pergantian pekerja seringkali menutupi gejala-gejala yang seyogyanya muncul di masyarakat penambang.
 |
| Merkuri dan bijih konsentrat diaduk dengan tangan. |
Setiap tahun, 1.500 kilogram merkuri dibakar dan dilepaskan ke atmosfir kota melalui kegiatan pembakaran amalgam hanya dari 35 toko emas saja. Asap ini menyebar dari pusat kota, mengkontaminasi segala sesuatu yang berada dalam radius jarak 2 Km.
 |
| Keluarga penambang lebih sering bertempat tinggal di lokasi tambang. |
Terpaparnya masyarakat urban di Kereng Pangi ditunjukkan dengan tingginya tingkat merkuri pada sample air seni. Di antara kelompok sampel pembakar amalgam, 59% didiagnosis keracunan merkuri dan menunjukkan tanda-tanda kerusakan sistem syaraf pusat dan peripheral. 
|